Kata-Kata Mutiara Dari Novel Partikel Karya Dee Lestari

Kata-Kata Mutiara Dari Novel Partikel Karya Dee Lestari - Di pinggir Kota Bogor, dekat sebuah kampung bernama Batu Luhur, seorang anak bernama Zarah, dan adiknya, Hara, dibesarkan secara tidak konvensional oleh ayahnya, dosen sekaligus ahli mikologi bernama Firas. Cara Firas mendidik anak-anaknya mengundang pertentangan dari keluarganya sendiri. (Untuk kelanjutannya baca sendiri novelnya ya.)

Dilansir dari Goodreads.com Berikut ini kata-kata Mutiara Dari Novel Partikel Karya Dee Lestari :



“Semua pertanyaan selalu berpasangan dengan jawaban.
Untuk keduanya bertemu, yang dibutuhkan cuma waktu”

“Kalau lawan bicaramu mendengar dengan sepenuh hati, beban pikiranmu menjadi ringan. Kalau kamu tambah ruwet, meski yang mendengarkanmu tadi seolah serius mendengar, berarti dia tidak benar-benar hadir untukmu.” 

“Akhirnya ku mengerti betapa rumitnya konstruksi batin manusia. Betapa sukarnya manusia menanggalkan bias, menarik batas antara masa lalu dan masa sekarang. Aku kini percaya manusia dirancang untuk terluka.” 

“Masih perlukah aku bertanya atas sesuatu yang sebetulnya sudah kuketahui jawabannya?”

“Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit kembali setelah berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai di mana dan kapan. Tidak ada yang tahu.
Your strength is simply your will to go on.

“Jangan pisahkan dirimu dari binatang."
"Biar apa, Ayah?"
"Biar kamu tidak sombong jadi manusia," ujarnya sambil tersenyum.

“Tidak ada yang lebih menyakitkan dari kepedihan yang tidak bisa ditangiskan.” 

“Kenapa berbeda menjadi begitu menakutkan?” 

“Banyak hal yang nggak perlu kedengeran bunyinya, tapi kelihatan dari tindakannya.” 

“Saya melihat tumor itu semacam pemicu untuk saya mencari lebih dalam, mempertemukan saya dengan lebih banyak pengetahuan, membuka mata saya bahwa penyakit bukan sekadar gangguan. Tapi kode. Kode dari tubuh bahwa ada hal dalam hidup kita yang harus dibereskan.” 

“Abah bicara isi kitab suci! Kamu bicara tulisan orang yang sudah gila!"
"Setidaknya yang gila itu usaha sendiri. Bukan seperti Abah, bisanya cuma menadah sejarah. Cuma karena ada jutaan orang lain lagi yang punya kepercayaan sama seperti Abah, bukan berarti Abah jadi yang paling benar, kan?” 

“Entah apa yang membuat hubungan mereka lebih mirip musim mangga. Membeludak dalam satu waktu, lalu hilang kembali berbulan-bulan. Seperti ada tombol yang bisa dengan cepat mengubah mereka dari sepasang kekasih menjadi sahabat biasa.” 

“Keluar dari sini, aku berharap bisa berbahagia untuk Ibu. Untuk Pak Ridwan. Untuk Hara. Untuk diriku sendiri karena keluargaku sudah ada yang mengayomi. Namun, sejenak saja di sekat kecil wartel ini, aku ingin menangis untuk Ayah. Untuk ketiadaannya. Untuk rumah mungil kami yang sebentar lagi tidak berpenghuni. Untuk lembar lain sebuah masa.”

“Problemku terbesar adalah mempercayai spesies Homo Sapiens. Termasuk diriku sendiri. Padahal, manusia terlahir ke dunia dibungkus rasa percaya. Tak ada yang lebih tahu kita ketimbang plasenta. Tak ada rumah yang lebih aman dibanding rahim Ibu. Namun, di detik pertama kita meluncur keluar, perjudian hidup dimulai. Taruhanmu adalah rasa percayamu yang kau lego satu per satu demi sesuatu bernama cinta. Aku penjudi yang buruk. Aku tak tahu kapan harus berhenti dan menahan diri. Ketika cinta bersinar gemilang menyilaukan mata, kalang kabut aku serahkan semua yang kumiliki. Kepingan rasa percaya bertaburan di atas meja taruhanku. Dan aku pulang tak pernah membawa apa-apa.”

“Menjadi kuat bukan berarti kamu tahu segalanya. Bukan berarti kamu tidak bisa hancur. Kekuatanmu ada pada kemampuanmu bangkit lagi ketika berkali-kali jatuh. Jangan pikirkan kamu akan sampai dimana dan kapan. Tidak ada yang tahu. Your strength is simply your will to go on.”

Ada momen tatkala kita perlu menunjukkan dominasi. Ada momen tatkala kita harus diam membatu. Ada pula momen tatkala yang terbijak adalah lari. Dan dibutuhkan insting jitu untuk menentukan momen manakah yang tengah kita hadapi
Demikianlah kata-kata Mutiara Dari Novel Partikel Karya Dee Lestari. Nantikan terus kata-kata mutiara keren lainnya hanya di Blog Kata-Kata Mutiara lintang empat lawang.

Baca juga kata-kata mutiara sebelumnya : Kata-Kata Mutiara Novel Jejak Langkah Karya Pramoedya Ananta Toer

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kata-Kata Mutiara Dari Novel Partikel Karya Dee Lestari"

Post a Comment

Tolong berkomentar sesuai kata-kata mutiara di atas, jangan melakukan spam. Terima kasih..